KANJENG RATU KIDUL BERASAL DARI TANAH BATAK
Sejauh ini terdapat berbagai
pendapat seputar asal usul sosok Kanjeng Ratu Kidul. Ada yang mengatakan,
Kanjeng Ratu Kidul sesungguhnya adalah Ratu Bilqis, isteri Nabi Sulaiman
Alaihissalam. Dikisahkan, setelah wafatnya Nabi Sulaiman as., Ratu Bilqis
mengasingkan dirinya ke suatu negeri. Di sana beliau bertapa hingga moksa
atau ngahyang.
Legenda lain seputar Kanjeng Ratu
Kidul adalah Dewi Nawang Wulan, sosok bidadari yang pernah diperisteri Jaka
Tarub. Sedangkan kisah lain tidak secara spesifik menyebutkan asal Kanjeng Ratu
Kidul, kecuali dia puteri seorang raja di Tanah Jawa.
Sinyalemen Kanjeng Ratu Kidul
berasal dari Tanah Batak bukannya tanpa alasan. Isu ini pertama kali
dibicarakan tahun 1985, ketika dalam suatu acara adat Batak di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII), beberapa orang mengangkat masalah ini. Tetapi rupanya
tidak terlalu mendapat respon yang hadir. Isu pun tenggelam dengan sendirinya.
LEGENDA BIDING LAUT
Sebelum melakukan perjalanan ke
Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Misteri menyempatkan diri berbincang-bincang dengan
Silalahi (40 thn), spiritualis yang akan memimpin ritual tersebut.
“Legenda asal usul Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah
Batak ini tidak lepas dari kisah Raja-raja Batak,” demikian Silalahi memulai
ceritanya.
Dikisahkan, perjalanan etnis
Batak dimulai dari seorang raja yang mempunyai dua orang putra. Putra sulung
diberi nama Guru Tatea Bulan dan kedua diberi nama Raja Isumbaon.
Putra sulungnya, yakni Guru Tatea
Bulan memiliki 11 anak (5 putera dan 6 puteri). Kelima putera bernama: Raja
Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Lau Raja. Sedangkan keenam
puteri bernama: Biding Laut, Siboru Pareme, Paronnas, Nan Tinjo, Bulan dan Si
Bunga Pandan.
Putri tertua yakni Biding Laut
memiliki kecantikan melebihi adik perempuan lainnya. Dia juga memiliki watak
yang ramah dan santun kepada orangtuanya. Karena itu, Biding Laut tergolong
anak yang paling disayangi kedua orangtuanya.
Namun, kedekatan orangtua
terhadap Biding Laut ini menimbulkan kecemburuan saudara-saudaranya yang lain.
Mereka lalu bersepakat untuk menyingkirkan Biding Laut.
Suatu ketika, saudara-saudaranya
menghadap ayahnya untuk mengajak Biding Laut jalan-jalan ke tepi pantai
Sibolga. Permintaan itu sebenarnya ditolak Guru Tatea Bulan, mengingat Biding
Laut adalah puteri kesayangannya. Tapi saudara-saudaranya itu mendesak terus
keinginannya, sehingga sang ayah pun akhirnya tidak dapat menolaknya.
Pada suatu hari, Biding Laut
diajak saudara-saudaranya berjalan-jalan ke daerah Sibolga. Dari tepi pantai
Sibolga, mereka lalu menggunakan 2 buah perahu menuju ke sebuah pulau kecil
bernama Pulau Marsala, dekat Pulau Nias. Tiba di Pulau Marsala, mereka
berjalan-jalan sambil menikmati keindahan pulau yang tidak berpenghuni
tersebut. Sampai saat itu, Biding Laut tidak mengetahui niat tersembunyi
saudara-saudaranya yang hendak mencelakakannya. Biding Laut hanya mengikuti
saja kemauan saudara-saudaranya berjalan semakin menjauh dari pantai.
Menjelang tengah hari, Biding
Laut merasa lelah hingga dia pun beristirahat dan tertidur. Dia sama sekali
tidak menduga ketika dirinya sedang lengah, kesempatan itu lalu dimanfaatkan
saudara-saudaranya meninggalkan Biding laut sendirian di pulau itu.
Di pantai, saudara-saudara Biding
Laut sudah siap menggunakan 2 buah perahu untuk kembali ke Sibolga. Tetapi
salah seorang saudaranya mengusulkan agar sebuah perahu ditinggalkan saja. Dia
khawatir kalau kedua perahu itu tiba di Sibolga akan menimbulkan kecurigaan.
Lebih baik satu saja yang dibawa, sehingga apabila ada yang menanyakan
dikatakan sebuah perahunya tenggelam dengan memakan korban Biding Laut.
Tapi apa yang direncanakan
saudara-saudaranya itu bukanlah menjadi kenyataan, karena takdir menentukan
lain.
BIDING LAUT DI TANAH
JAWA
Ketika terbangun dari tidurnya,
Biding Laut terkejut mendapati dirinya sendirian di Pulau Marsala. Dia pun
berlari menuju pantai mencoba menemui saudara-saudaranya. Tetapi tidak ada yang
dilihatnya, kecuali sebuah perahu.
Biding laut tidak mengerti
mengapa dirinya ditinggalkan seorang diri. Tetapi dia pun tidak berpikiran
saudara-saudaranya berusaha mencelakakannya. Tanpa pikir panjang, dia langsung
menaiki perahu itu dan mengayuhnya menuju pantai Sibolga. Tetapi ombak besar tidak pernah
membawa Biding Laut ke tanah kelahirannya. Selama beberapa hari perahunya
terombang-ombang di pantai barat Sumatera. Entah sudah berapa kali dia pingsan
karena kelaparan dan udara terik. Penderitaannya berakhir ketika perahunya
terdampar di Tanah Jawa, sekitar daerah Banten.
Seorang nelayan yang kebetulan
melihatnya kemudian menolong Biding Laut. Di rumah barunya itu, Biding Laut
mendapat perawatan yang baik. Biding Laut merasa bahagia berada bersama
keluarga barunya itu. Dia mendapat perlakuan yang sewajarnya. Dalam sekejap,
keberadaannya di desa itu menjadi buah bibir masyarakat, terutama karena pesona
kecantikannya.
Dikisahkan, pada suatu ketika
daerah itu kedatangan seorang raja dari wilayah Jawa Timur. Ketika sedang
beristirahat dalam perjalanannya, lewatlah seorang gadis cantik yang sangat
jelita bak bidadari dari kayangan dan menarik perhatian Sang Raja. Karena
tertariknya, Sang Raja mencari tahu sosok jelita itu yang ternyata Biding Laut.
Terpesona kecantikan Biding Laut, sang raja pun meminangnya. Biding Laut tidak menolak menolak
pinangan itu, hingga keduanya pun menikah. Selanjutnya Biding Laut dibawanya
serta ke sebuah kerajaan di Jawa Timur.
TENGGELAM DI LAUT
SELATAN
Biding Laut hidup berbahagia
bersama suaminya yang menjadi raja. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung
lama. Terjadi intrik di dalam istana yang menuduh Biding Laut berselingkuh
dengan pegawai kerajaan. Hukum kerajaan pun ditetapkan, Biding Laut harus
dihukum mati.
Keadaan ini menimbulkan kegalauan
Sang Raja. Dia tidak ingin isteri yang sangat dicintainya itu di hukum mati,
sementara hukum harus ditegakkan. Dalam situasi ini, dia lalu mengatur siasat
untuk mengirim kembali Biding Laut ke Banten melalui lautan.Menggunakan perahu,
Biding Laut dan beberapa pengawal raja berangkat menuju Banten. Mereka
menyusuri Samudera Hindia atau yang dikenal dengan Laut Selatan.Namun malang
nasib mereka. Dalam perjalanan itu, perahu mereka tenggelam diterjang badai.
Biding Laut dan beberapa pengawalnya tenggelam di Laut Selatan.Demikianlah
sekelumit legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai sosok asli Kanjeng Ratu
Kidul.
“Dalam legenda raja-raja Batak,
sosok Biding Laut memang masih misterius keberadaannya, Sedangkan anak-anak
Guru Tatea Bulan yang lain tercantum dalam legenda,” kata Silalahi dengan mimik
serius.
Sementara itu, Boru Tumorang (45 thn) mengaku sudah lama
dirinya sering kemasukan roh Kanjeng Ratu Kidul. Terutama terjadi saat
kedatangan tamu yang minta tolong dirinya untuk melakukan pengobatan. Tetapi
Boru Tumorang tidak mengerti mengapa raganya yang dipilih Kanjeng Ratu Kidul.
Semuanya terjadi diluar keinginannya.
kanjeng ratu kidul
RITUAL PEMANGGILAN KANJENG RATU KIDUL
Untuk membuktikan keberadaan
sosok legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai Kanjeng Ratu Kidul, Misteri
bersama 8 orang rekan yang semuanya bersuku Batak sengaja datang ke Pelabuhan
Ratu untuk melakukan ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul.Lokasi pertama
adalah makam Guru Kunci Batu Kendit Abah Empar. Lokasi ini cukup dikenal
masyarakat, terutama yang hendak melakukan ritual pemanggilan Kanjeng Ratu
Kidul. Konon, di tempat ini Kanjeng Ratu Kidul memang biasa muncul.
Sebelum melakukan ritual,
sebagaimana biasanya beberapa ubo rampe telah disiapkan, diantaranya: jeruk,
jeruk purut, apel, daun sirih, pisang raja, anggur, minyak jin, kembang sepatu,
tepung beras, kelapa dan gula (itak gurgur-bahasa Batak).Sekitar pukul
22.30 malam, dimulailah acara ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul. Ketika
itu, Silalahi dan Boru Tumorang tampak membaca mantera-mantera. Beberapa saat
kemudian, Silalahi mulai menampakkan perubahan ekspresi wajah. Sosok gaib yang
dipanggil tampaknya telah merasuk ke dalam raganya. Belakangan Misteri
mengetahui, sosok gaib itu adalah roh Raja Batak.
Sementara dalam waktu hampir bersamaan,
Boru Tumorang pun memperlihatkan ekspresi kesurupan. Tiba-tiba tubuhnya
tersungkur lalu merangkak bergeser posisi. Setelah itu, dia kembali duduk
dengan wajah tertunduk dan mata terpejam. Roh Kanjeng Ratu Kidul telah merasuk
ke dalam raga wanita asal Samosir ini.
Terjadilah dialog dalam bahasa
Batak antara Silalahi (yang sudah kemasukan roh Raja Batak) dengan Boru
Tumorang dan beberapa orang yang hadir. Sepanjang dialog itu, ekspresi wajah
Boru Tumorang berubah-ubah. Terkadang tersenyum, tertawa, menangis dan
melantunkan lagu berisi sejumlah nasehat.
Kalimat pertama yang diucapkan Kanjeng Ratu Kidul adalah :
”Kenapa baru sekarang kalian
datang untuk menemui saya? Padahal saya sudah lama berada di sini,”ujar
Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang.
Ketika salah seorang yang hadir bertanya tentang Biding
Laut, seketika Kanjeng Ratu Kidul menukas,” Ya,
sayalah Biding Laut”. Terserah apakah kalian akan percaya atau tidak.”
Selanjutnya dialog meluncur begitu saja. Beberapa dialog
yang Misteri catat diantaranya saat Boru Tumorang menangis sambil berkata:
“Boasa gudang hamo nalupa tuau ito” (kenapa kalian sudah lupa
sama saya)? ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang. “Ahado sisukunonmuna”(Apa yang kalian mau
pertanyakan)?” lanjut Kanjeng Ratu Kidul.
“Hamirotuson namboru namagido tangian sian ho (Kami datang
kesini untuk minta doa dari Nyai),” jawab salah seorang yang hadir.
“Asa dilehon pasu pasu dohot rajai hami (Biar diberikan
Tuhan berkat kepada kami),” kata yang lain.
Tampak Boru Tumorang menggoyang-goyangkan tubuhnya.
Kepalanya seperti digelengkan, terkadang mengangguk-angguk. Sesaat kemudian dia
berkata,
“Posma roha muna, paubahamuma
pangalaho rohamuna”(Percayalah. Asalkan kalian berubah sikap dan tingkah
laku menjadi lebih baik, itu pasti akan terjadi).
Selanjutnya dia berkata lagi,”Asa
rap martonggo mahita tu opungta Mulajadi Nabolon”(Marilah kita bersama-sama
berdoa kepada Tuhan).
“Molo dang muba rohamu naolo roma
balosonna”(Kalau tidak berubah sikap dengan baik akan muncul bencana lagi-tsunami)
“Dang diadia dope namasae
naosolpu nalaroma muse naung gogosiani “(Belum seberapa bencana yang
sudah lalu. Lebih dahsyat bencana yang akan datang lagi. Kalau kalian tidak
percaya kepada Tuhan).
Nasehat Kanjeng Ratu Kidul itu
tampaknya ditujukan ke semua orang. Sedangkan kepada anak keturunannya dari
suku Batak, Kanjeng Ratu Kidul berkata,
”Posmarohamu amang paboanhudoi
tuhamu pomparanhu dibagasan parnipion”(Percayalah. Semua keturunanku
akan saya beritahukan lewat mimpi masing-masing).
“Posmaroham amang patureon hudo
sude popparammi“ (Percayalah, akan saya bantu dan saya tolong semua
keturunannmu ini).
Kanjeng Ratu Kidul juga berpesan kepada semua manusia agar
tidak membeda-bedakan suku,
”Paboa hamu tumang isia asa
unang mambedahon popparan nisude” (Beritahu kepada semua manusia supaya
tidak membedakan suku).
Dialog dengan roh Kanjeng Ratu
Kidul itu berlangsung sekitar setengah jam. Isi dialog sirat dengan nasehat
kepada manusia agar selalu berbuat kebajikan. Namun yang pasti, dalam dialog
itu juga Kanjeng Ratu Kidul menceritakan sosok asal usul dirinya dan nama
aslinya.
“Kami tidak bermaksud mengklaim kebenaran pendapat kami”,ujar
Silalahi sambil tersenyum. “Tetapi kami hanya mencoba mengangkat kembali sebuah
isu yang sudah lama berkembang di daerah kami. Kebenarannya boleh saja
diperdebatkan”.
Tetapi yang pasti, nasehat-nasehat Kanjeng Ratu Kidul yang
diucapkan melalui medium yang keserupan, seringkali mengingatkan kita untuk
selalu percaya kepada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar